someone like you

13 Okt 2011

Penyimpangan Facial Wash

"Brak.........." suara pintu yang menghubungkan ruanganku dengan kantor sebelah terbuka.
"Makan.....Makan......." Suara Cemprengnya bu Emi membahana di seluruh ruangan.
Seperti mendapat komando kami semua berkumpul mengambil jatah nasi masing-masing, aku sih santai saja di belakang, mempersilakan yang lain untuk mengambil terlebih dahulu. Saat itu Ratna masuk dengan muka celingak celinguk mencari saya, karena saya tidak tampak di depan monitor seperti biasa.
"Eh.... Disitu tho. Baru gue mw nanyain lo" katanya tersipu waktu melihat aku yang sedang senyum-senyum melihat wajah bodohnya yang celingukan.
"Ayo makan." seruku sambil menyodorkan bungkusan nasi padang dengan tulisan AYAM BAKAR yang hurufnya jelek-jelek hampir tidak terbaca. Aku tahu Ratna pasti memilih nasi dengan lauk ayam bakar itu. Bukan berarti aku bisa baca pikiran orang ya, tapi karena kami ............. satu hati mungkin.
Kami makan di ruangan ku yang memang kosong. Kalau ada pak Har biasanya kami memilih Lantai paling atas kantor untuk menikmati makan siang seperti ini. Karena sesi makan siang juga sering diisi acara Curhat yang tentunya tidak enak bila sampai terdengar oleh orang lain yang belum kami percaya.
Hup...satu suapan ayam bakar terakrir sukses mendarat ke dalam bibir tebal Ratna. Ratna kurang menikmati makanannya akhir-akhir ini karena sakit giginya. Hampir 3 minggu belakangan dia selalu mengeluhkan masalah gigi ini pada ku. diluar itu semua gerakan mengunyah Ratna jadi terlihat sedikit lucu. hahaa...tapi aku tidak sampai hati juga menertawakannya.
"Yu..ah cuci tangan." kata Ratna di sela-sela kunyahan terakhirnya.
"hhhmmm....." aku mengiyakan sambil menyelesaikan satu seruputan teh hijau dari belakang meja. "Nih sabunnya bawa." Aku menyodorkan facial wash pada Ratna. Bukan hand soap, tapi sering kami pakai untuk membasuh tangan juga.
"Kita tuh pake Ginian buat cuci tangan biar tangan kita enggak jerawatan." Suatu hari Ratna berkata pada ku karena aku memprotes kenapa facial wash ini malah di pakai untuk cuci tangan.
"uuuh.... Dasar cah gemblung." Aku menjitak kepala Ratna yang cekikikan. Sejak saat itu Facial wash ini kami pakai untuk mencuci tangan. Sebuah penyimpangan tampaknya, tapi aku menyukai Ide-ide tak terduga ini.
Kami masuk kamar mandi bersama-sama, "Yah mati airnya." aku memutar-mutar Kran air yang memang tidak mengeluarkan air itu. Akhirnya kita pakai cara klasik deh, mengguyur tangan kita yang belepotan bumbu ayam bakar dengan air dari gayung. Tangan kiri ku menggenggam ujung gayung dan menuangkan airnya sedikir-sedikit ke tangan kanan kami. Ratna berjongkok dan mengeluarkan Tube facial wash dengan tangan kirinya. Pertama telapak tanganku, kemudian dia. Kami berdua membuat gerakan mengepal dan membuka dengan tangan kanan masing-masing untuk membuat busa dari facial foam yang sudah di tuangkan tadi. Sedikit kesulitan karena lazimnya cuci tangan itu ya kedua tangannya di pakai. bukan dengan cara sebelah tangan begini. Ratna melihat sekilas kearah ku "Eh....Begini aja" serunya sambil meraih tanganku, dan kami mulai membuat gerakkan seolah-olah sedang mencuci tangan seperti biasa. tapi bedanya tangan kami sama-sama tangan yang sebelah kanan. Alhasil lebih tampak seperti bersalaman dari pada gerakan cuci tangan. Dua detik kemudian tawa kami pun meledak. Tak kuat menahan rasa geli yang seperti menggelitik syaraf-syaraf lelucon kami. Aku menatap wajah Ratna yang memerah menahan kegelian yang sama. matanya berbicara
"bego banget kenapa enggak dari tadi."
"iya...udah tau susah cuci tangan begini."
"udah doooong ketawanya, gue jadi enggak bisa berhenti ni."
"Lagian cara lo tu aneh-aneh semua bikin gue ketawa."
Tawa kami berderai-derai, menyenangkan sekali rasanya. Entahlah apa ini bisa disebut lucu oleh orang lain, tapi aku bahagia bisa bertemu Ratna di kantor ini. Sebagian besar pikiran kami cocok. Dan aku mulai menyayanginya.
"HUUSS......JANGAN BERISIK." Teriakkan seseorang dari lantai atas menyadarkan kami. Kompak kami diam sambil menutup mulut yang masih menahan tawa yang terlihat jelas. Bahagia, tanpa suara. Dan tidak perlu seorang pun untuk mengerti apa yang terjadi pada kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar